Tuesday, December 31, 2013

Posting Terakhir: Pamit!

Selamat tahun baru 2014! Semoga tahun depan akan lebih baik lagi. 

Tak terasa sewindu (2006-2013) sudah keberadaaan blog Cabik Lunik ini. Saya sebisa mungkin berusaha meng-update-nya. Hingga kini, dalam blog ini setidaknya terdapat tak kurang dari 6.165 postingan berita, feature, dan artikel yang saya sebut sebagai catatan tentang manusia dan kemanusiaan, yang dibuang jangan.

Sayang rasanya harus menelantarkan blog ini. Namun, belakangan saya mulai merasa tidak mempunyai cukup waktu untuk terus-menerus merawatnya.

Ya, inilah postingan terakhir untuk Cabik Lunik. 

Karena itu, saya mohon maaf, dengan berat hati saya terpaksa menghentikan postingan-postingan di blog ini. Terima kasih atas apresiasi  teman-teman selama ini. Semoga masih bisa memberi manfaat.

Saya pamit. Tapi, tidak ke mana-mana kok. Hehee... Sementara ini saya masih menjaga blog




Tabik!

Udo Z. Karzi

Sunday, December 29, 2013

Panggung Sastrawan Lampung

Oleh Isbedy Stiawan Z.S.

Sastra(wan) Lampung tetap menyimpan kekuatan yang dahsyat. Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung berikut buku Hilang Silsilah yang diluncurkan bersamaan dengannya membuktikan ini.

PANGGUNG SASTRAWAN LAMPUNG. Para sastrawan berfoto bersama seusai
pergelaran Silaturahmi dan Panggung Sastrawan Lampung yang
diselenggarakan Dewan Kesenian Lampung (DKL) di Taman Budaya Lampung
(TBL), Selasa (24/12). Bersamaan dengan itu, diluncurkan buku Hilang
Silsilah: Kumpulan Karya Sastrawan Lampung
, yang menghimpun 29
sastrawan Lampung dari generasi 1980-an hingga 2013-an.
(FOTO-FOTO: OYOS SAROSO HN)


[Tifa] Ingatkan Kebinekaan Indonesia lewat Puisi

INI jaman wolak-walik, walik-wolak jaman ini
Manusia cuma barang dagangan,
kemanusiaan cara bagus untuk iklan
Persaudaraan tetep dibela, asalkan sampean mau pakai cara saya
Lalu bagaimana dengan keadilan, kemanusiaan,
perdamaian, keseteraan yang sudah dibangun pemimpin negara ini?
Itu loh, orang-orang macam Sukarno, Hatta, Gus Dur, Wahid Hasyaim atau Sahrir
Halah orangnya sudah pada meninggal, tidak usah diungkit lagi

PUISI KRITIK: Inayah Wahid membacakan puisi dan mengkritik korupsi
yang makin merajalela dan makin maraknya golongan mayoritas yang
menindas kaum minoritas. Pembacaan puisi itu menjadi bagian acara haul
keempat Gus Dur di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
MI/Furqon Ulya Himawan (FU).